Citer yang sangat menarik ini dan ambiklah iktibar darinya. Sesungguhnya ALLAH yang maha berkuasa dan juga maha pengampun. Credit to this blog for this wonderful story.
Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Ikram (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Siti (juga bukan nama sebenarnya), Si Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu.
Sebagai muslim yang mampu secara material,mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala kelengkapan sudah disiapkan.
ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Keadaan keduanya sihat walafiat, tak kurang satu apapun.
Tiba harinya mereka melakukan tawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”.
Ikram menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Kaabah (Bu, lihatlah Ka’bah).” Ikram menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu.
Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.
Ikram kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan.
Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak dapat melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.
Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang lalu dia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.
Tujuh kali Haji Anak yang soleh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia solat memohon ampunan-Nya.
Hati Ikram begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.
Ikram tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak.
Anak yang soleh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.
Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan didekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan simbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat Ka’bah.
Ikram tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.
Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Siti hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Ikram tak habis fikir, dia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah.
Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?.
Apa yang telah diperlakukan ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.
Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal kerana kesolehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Emirate).
Tanpa kesulitan bererti, Ikram dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang soleh ini.
Ulama itu mendengarkan dengan saksama, kemudian meminta agar Ibu Ikram perlu menelefonnya. Anak yang berbakti ini pun pulang.
Setibanya di tanah kelahirannya, dia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.
Beruntung, Si Ibu mau memenuhi permintaan anaknya.
Ia pun menelefon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali,mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Siti diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. .
“Anda harus berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan masalah senang,” kata ulama itu pada Siti. Siti terdiam sejenak. Kemudian dia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat sebarang khabar dari Siti.
Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Siti menelefon. “Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai jururawat di hospital,” cerita Siti akhirnya.
“Oh, bagus….. Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan mulia,” mencelah ulama itu. “Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.
“Disana….” sambung Siti, “Saya sering kali menukar bayi, kerana tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbuhan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”
Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Siti. “Astagfirullah. …..” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirosaknya, sehingga tidak jelas nasabnya. Apakah Siti tidak tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.
Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.”Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Siti. “Cuma itu ?” tanya ulama terperanjat.
“Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah anda hancurkan!”. . ucap ulama dengan nada tinggi.”Lalu apa lagi yang Anda kerjakan? “tanya ulama itu lagi sedikit kesal. “Di hospital, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.”
“Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama. “Ya, tapi saya memandikan orang mati karana ada kerja sama dengan tukang sihir.” “Maksudnya?” tanya ulama tidak mengerti.. “Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”
“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak hendak masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam.
Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.” Mendengar pertuturan Siti yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.
“Cuma itu yang kamu lakukan ?”. “Masya Allah….!!! Saya tidak dapat bantu anda. Saya angkat tangan”.Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Siti. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi dia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji.
Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, kerana hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda..”
Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Siti. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telefon. Ia berharap Siti telah bertaubat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Siti, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.Kerana tak juga memperoleh khabar, ulama itu menghubungi keluarga Ikram di Mesir..
Kebetulan yang menerima telefon adalah Ikram sendiri. Ulama menanyakan khabar Siti,ternyata khabar duka yang diterima ulama itu. “Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustad,” ujar Ikram. Ulama itu terkejut mendengar khabar tersebut.. “Bagaimana ibumu meninggal, Ikram ?”. tanya ulama itu.
Ikram pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Siti.
Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu berulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar jenazah yang menyedari bahawa tanah itu kembali rapat.
Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para penghantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat.
Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus-asa kerana pekerjaan mereka tak juga selesai. Siang pun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.
Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Ikram tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri.. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir.
Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan.. Laki-laki itu mendekati Ikram kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. kata orang itu.
Ikram lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur menggali lubang dan kemudian mengebumikan ibunya. “Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu. Ikram mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman,terselit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya.
Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Ikram, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Ikram. Ikram ketakutan.Dengan langkah seribu, dia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Ikram kepada ulama itu. Ikram juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman kerana terbakar.
Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Ikram. Dia menyarankan, agar Ikram segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Ikram, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu meyakinkan Ikram, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang.
Benar saja,tak berapa lama kemudian Ikram kembali memberitahu ulama itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitamannya hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Ikram tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.
Semoga kisah nyata dari Mesir ini dapat dijadikan mengajaran bagi kita semua. Wang RM50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45 minit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak.
Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.
Kita mengirimkan ribuan ‘jokes’ dan ‘ surat berantai’ melalui e-mail tetapi bila mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali berfikir 2 atau 3 kali.
Assalamualaikum..first time jejak blog ni..minta izin copy entri ni ye? tp sy x pndai nk wt yg mcm awak ckp 2, kredit 2 ...... bleh x sy tulis dr mne sy dpt je?
ReplyDelete